Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tetap Bertahan dalam Etos DIY, Bersenang-Senang Tanpa Bayang-Bayang Kapitalisme


"Saya tidak menyalahkan kalian yang bertahan di jalur itu. Tapi kami menyalahkan dan mengutuk mereka yang ada dibalik bentangan baliho besar yang mengotori pandangan, yang akhirnya masuk dalam komunitas kecil kita dengan dalih men-support kegiatan anak muda."

Do it yourself, sebuah etika yang lahir dalam skena punk era ‘80an yang mencoba mengembalikan makna punk pada awalnya. Sebut saja beberapa nama seperti Crass atau MDC adalah tonggak awal dari gerakan ini sebagai antitesa dari gerakan musik ‘punk’ yang dikomoditaskan oleh industri-industri besar pada saat itu. Walau tidak besar dan diminati, etos ini masih eksis dan bertahan di beberapa komunitas atau band hingga hari ini.

Jika kita bicara soal gigs atau acara musik DIY ada beberapa hal mungkin yang ada dibenak kita. Seperti acara yang tersembunyi dalam gorong-gorong, alat seadanya, iuran kolektif dan organisir sendiri-main sendiri-nonton sendiri. Tetapi dalam pandangan saya, gigs DIY/mandiri mempunyai makna lebih sekedar beberapa hal diatas. Hal tersebut merupakan satu alternatif dimana sebenarnya kita benar-benar bisa mandiri dalam menjalankan suatu acara dan bersenang-senang tanpa ada bayang-bayang label promosi sebuah korporasi besar yang mengangkangi kita dengan dalih men-support kegiatan anak muda. Menurut saya pribadi, berada dalam kondisi tersebut kita hanya dimanfaatkan secara tidak langsung untuk memperluas pangsa pasar mereka, atau sama dengan kita hanya dijadikan komoditas oleh mereka.


“Yah jangan munafik lah. Itu ampli, sound, alat bahkan baju kalian itu produk siapa kalau bukan kapitalisme?” Ujaran bodoh seperti ini sering kita temui di sekeliling kita. Satu hal yang harus kita ketahui adalah kapitalisme itu adalah sebuah moda produksi dimana nilai lebih dan kepemilikan alat produksi diatur serta dikuasai oleh segelintir orang saja. Jika bicara produk yang kita pakai itu produk siapa, dengan tegas saya jawab ya produk buruh lah. “Loh kok bisa? Kan modalnya tetep dari bossnya?” Ya itulah busuknya kapitalisme, mereka hanya ongkang-ongkang kaki, dengan bermodal uang yang banyak akhirnya mereka bisa menikmati nilai lebih yang didapat dari hasil keringat buruh yang mereka hisap dengan bayaran yang tidak seberapa. Sedangkan keseluruhan proses produksi benar-benar sepenuhnya dilakukan oleh buruh. Bisa dikatakan, produk dari kapitalisme hanya penindasan dan penghisapan saja.

Bicara perihal DIY, berarti bicara soal prinsip. Disini saya tidak akan memaksakan prinsip saya kepada kalian, begitu pun sebaliknya. Karena tidak ada rumus pasti dalam mendefinisikan hal ini. Kita bisa mengintrepretasikan makna DIY sesuai apa yang kita yakini, dan apa yang saya sampaikan disini adalah makna DIY menurut apa yang saya yakini. Saya tidak menyalahkan kalian yang bertahan di jalur itu. Tapi kami menyalahkan dan mengutuk mereka yang ada dibalik bentangan baliho besar yang mengotori pandangan, yang akhirnya masuk dalam komunitas kecil kita dengan dalih men-support kegiatan anak muda. Memang akan sangat enak jika bekerjasama dengan mereka. Kita tidak perlu berpikir banyak tentang pembiayaan, tempat, izin acara dan sebagainya. Tetapi jauh dibalik itu semua, kita hanya akan jadi kepanjangan tangan dari program pemasaran mereka. 


Sedari awal, alasan saya dan kawan-kawan membentuk band adalah untuk bersenang-senang, bertemu kawan baru dan murni untuk menumpahkan keluh kesah lewat lagu yang kita garap. Setiap hari kita sudah dikungkung dengan deadline dan target produksi yang dikontrol oleh mereka, maka di akhir pekan atau di gigs yang kami organisir bersama, kami harus benar-benar bebas dari embel-embel merek korporasi besar di acara kita. Hal ini pula sekaligus menjadi pembuktian, bahwa ada satu lini yang bisa dilakukan tanpa sentuhan kapitalisme sama sekali. Benar-benar dari kita, oleh kita dan untuk kita. Walau gerakan sudah ada semenjak era ‘80an, saya rasa gerakan semacam ini masih relevan dilakukan hingga hari ini dengan segala perkembangannya. Terlebih hegemoni kapitalisme yang semakin brutal dan menyeramkan saat ini. Sekali lagi ini soal prinsip serta jalan hidup individu atau kelompok, jadi tidak ada benar dan tidak ada yang disalahkan.


Salut untuk kalian yang masih bertahan dengan etos DIY! Terus berjuang untuk apa yang kalian yakini!


Ditulis oleh Ardan "Blowor" Widodo



Posting Komentar untuk "Tetap Bertahan dalam Etos DIY, Bersenang-Senang Tanpa Bayang-Bayang Kapitalisme"