Interview The Jeblogs (Leluasa #4 - 2020)

 

Photo: Aan Muhammad

“Mereka berhak berkomentar, seperti kami yang berhak berkarya.”

- The Jeblogs

Halo the jeblogs bisa perkenalkan diri?
    Halo kami The Jeblogs, band asal Klaten, Jawa Tengah yang terbentuk sekitar akhir 2016 lalu. Nama The Jeblogs diambil dari nama desa dimana 4 orang personelnya berasal, yakni desa Jeblog.

Apa kabar terbaru dari Tj?
    Kabar baik. Sejauh ini kami masih bisa melanjutkan hidup. Ada beberapa hal yang sedang kami persiapkan untuk bisa mengudara di 2020 ini, tunggu tanggal mainnya!

Sebelum lebih lanjut, mungkin saya minta sedikit deskripsikan musik dari Tj dan musik apa saja yang mempengaruhi kalian?
    TJ memainkan musik rock tanggung yang membentang dari punk, garage hingga alternatif. Sejauh ini musik kami banyak dipengaruhi oleh Ramones, Nirvana hingga The Strokes.

Tj sudah rilis EP pada tahun 2018 kemarin, ceritain bagaimana proses produksi dalam pembuatan EP tsb?
    Proses produksi The Jeblogs (self titled) EP kemarin cukup memakan waktu karena kami merekam dan mengolahnya sendiri, kecuali drum yang direkam di salah satu studio di Jogja. Karena beberapa alasan, ada lagu yang tidak jadi kami masukkan dalam EP dan diganti dengan materi lain seperti lagu "Apa Yang" yang tiba-tiba muncul di tengah proses rekaman.

Pesan apa yg ingin kalian sampaikan pada lagu-lagu Tj khususnya pada EP yg rilis th 2018 kemarin?
    Sejauh ini kami menyuarakan apa yang kami alami sebagai seorang muda, mulai dari krisis eksistensial seperti dalam lagu "Aku Ada" hingga romantisme kenangan seperti yang terdengar dalam "Mesin Waktu".

Rilis EP secara mandiri atau dengan label lain?

    The Jeblogs (self titled) EP dirilis secara mandiri lewat bendera JBLGS Records, akal-akalan kami sendiri. Kami dibantu oleh Lokal Space dan beberapa teman untuk proses produksi fisik hingga distribusinya.

Kenapa memilih pameran sebagai tanda launching EP dari Tj?

    Sejujurnya kami tidak ingin musik TJ hanya berakhir di rak cd, atau pelengkap daftar putar saja. Kami ingin ini menjadi bahan bakar teman-teman untuk bergerak. Sebagai perwujudan, kami meminta beberapa teman untuk merespon lagu-lagu TJ ke dalam bentuk karya yang lain, dalam hal ini karya visual. Mereka terlihat merespon dengan senang hati, sama seperti apa yang kami rasakan.


Siapa saja yang terlibat dalam pameran & launching Tj?

    Kami menggandeng beberapa teman yang suka menggambar, hingga seniman/ ilustrator dari Klaten dan sekitarnya dalam proyek kesenian yang dinamai “Merespon The Jeblogs”. Mereka adalah Darmawan Dicky, FM Abends, Vaggghov, Seto Ikhsani, Attithuts, Alda Danger, Siblik Zashit, Kshathra - dan Damuhsin. Karya respon mereka dipamerkan dalam acara launching The Jeblogs (self titled) EP. Selain pameran, ada juga pertunjukan musik dalam format akustik yang turut dimeriahkan oleh Bad Human, Alda Danger, dan tentunya The Jeblogs sendiri.


Bagaimana respon dari pengunjung pameran dan pendengar Tj tentang EP kalian?

    Respon pameran terbilang cukup bagus, banyak pengunjung yang datang tanpa disangka. Untuk respon tentang EP cukup beragam, ada pujian di satu hal dan celaan di hal yang lain. Dan itu sah-sah saja. Mereka berhak berkomentar, seperti kami yang berhak berkarya.


Setelah rilis kemarin itu Tj juga menyambangi beberapa kota tetangga seperti Jogja, Magelang dan Salatiga. Ceritain momen-momen saat itu?

    Ini bakal panjang kalau diceritakan, wkk.. Yang jelas kami dapat banyak teman setelah merilis EP dan berkesempatan main di beberapa kota tersebut. Di Jogja kami nyaman, Magelang bertenaga kuda, Salatiga setengah sadar, wkk..


Apa itu bisa dibilang tour setelah rilis EP?

    Bisa juga dibilang tur, meski kami tidak menyebutnya seperti itu.  


Hampir setiap penampilan dari Tj selalu mengcover lagu milik Ramones, kenapa? dan bagaimana perkenalan kalian dengan Ramones?

    Karena Ramones adalah sambal dalam makanan. Kalau ga ada, rasanya kurang lengkap wkk.. Ramones jadi jalan tengah untuk kami yang memiliki selera musik beragam. Jadi kami sepakat tentang Ramones meski tanpa kesepakatan.


Apakah kalian percaya dengan mitos kalau band klaten habis rilis album/ep terus vakum?

    Tidak hanya vakum, bahkan bubar! Percaya-tidak percaya, memang hal itu banyak terjadi. Dan sepertinya ini tidak hanya terjadi di Klaten saja, tapi juga di kota-kota "kedua". Ini fenomena yang menarik dan bisa dikupas dari berbagai sisi.


Kalian dekat dengan dengan kelompok/kolektif seperti Rawat Hayat, God Save The Gigs juga Rumah Produksi Balas Budi. Bisa ceritakan kegiatan kalian di kolektif tersebut?

    Bagaimana tidak dekat, lha wong hampir semua personel TJ aktif di tiga kolektif itu. Rawat Hayat, seperti namanya, kolektif ini berupaya merawat hidup dan kehidupan. Di God Save The Gigs, teman-teman bikin gigs. Sementara Rumah Produksi Balas Budi bergerak di pembuatan karya audio visual.



dan apa hubungan kolektif tsb ada hubungannya dengan beberapa teman yang juga ikut di scene musik Klaten?

    Tentu ada. Lewat berbagai kegiatannya  kolektif-kolektif tersebut sering berbersentuhan dengan teman-teman di skena.


Terakhir, beri kami rekomendasi band lokal Klaten dan kenapa memilih band tsb?

    Saya pribadi merekomendasikan Trigga Coca, rapper andalan yang konsisten melakukan apa yang ingin dia lakukan.


Terima kasih, sukses dan jalan terus untuk tetap berkarya.

    Terimakasih kembali pak Dian. Panjang umur Leluasa.


connection:

The Jeblogs


*interview dengan The Jeblogs ini sebelumnya dimuat dalam Leluasa Zine Edisi 4 split with My Own Mind Zine #4 Malaysia (2020)



Posting Komentar untuk "Interview The Jeblogs (Leluasa #4 - 2020)"