Ritus Pembuka Kriterdaka: Kumpulan Puisi Beryl Krisna
Gambar: @trynot_tohidee |
Terus Terang
Aku pernah dengar, jika pertahanan paling mujarap adalah menyerang
Terdengar sedikit bertolak belakang
Dan terkesan tak gampang
Terus terang aku bukan siapa-siapa
Ibarat virus yang tak terlihat dengan mata telanjang
Namun ingat, virus yang mengganda akan menggigit sakit
Walau hanya dengan tulisan yang berbait-bait
Rima yang rumpang namun takkan tumbang
Menopang kebutuhan sandang, pangan dan papan juga perasaan
Akan selalu menghantam dan menerjang
Tak peduli meski pada akhirnya kau buang.
Nyala
Pernahkah engkau melihat dalam tenang
Setitik cahaya yang anggun benderang
Disaat terompet dan genderang perang berkumandang
Disaat pedang dan anak panah saling menyerang
Disaat aku terjatuh dan menengadah
Aku masih bisa melihat cahayanya
Namun disaat aku tertikam mengapa ia menghilang
Bersamaan dengan amarah dan hujan.
Crusty Melankolis
Dua hal yang terlihat bertolak belakang
Gagah dengan derap langkah tegap berdiri di tengah kerumunan yang sedang menari
Tatapan tajam menggambarkan, dia ingin menerjang
Bergeming dikala diam, membisu di tengah suara
Melambat dikala cepat, berlari dikala terhenti
Boots yang berdebu seolah menandakan, akulah pasukan pembangkang
Gahar ketika semua arah pandang tengah terpusat
Bergetar di bawah meja
Tawa di saat bercengkrama menjadi modal utama
Mengusap air mata adalah mimpi buruknya
Kau seperti hujan di tengah kemarau
Deras, cepat, namun meninggalkan jejak
Menyentuhmu pun aku tak sempat
Hanya aromamu yang dapat ku ingat
Senyuman manis dikala penat
Berdiri disampingmu hanyalah angan-angan yang terwujud sesaat
Bila cinta adalah bagian dari seni, dan rasa sakit adalah bagian dari cinta
Aku akan menggoreskan tinta dan melantunkan melodi.
Siapa Aku
Siapakah ini aku tak mengenalinya kembali
Perlukah aku kembali memperkenalkan diri
Kepada dirimu dan diriku sendiri
Aku sudah tak lagi melihat diriku menari
Apa ini karenamu, ya mungkin saja
Dirimu nampaknya membuatku lupa akan siapa aku
Aku tak dapat menyalahkanmu, mungkin memang salahku
Mengapa bisa aku lupa akan diriku
Aku selalu mencoba memahami
Namun aku saja tak bisa memahamiku
Aku terlalu suka dengan aromamu
Yang membuatku menjadi terpaku ragu.
Senyum Cinta dan Perang
Pagi itu terasa dingin
Terbitnya sang matahari indah menghiasi
Namun pagi ini terasa sepi
Entah karena tersisa diri sendiri di sini
Atau memang senyumanmu yang tak tampak lagi
Aku bergegas menuju istananya
Aku tak gentar akan banyaknya bala tentara
Ya! memang aku tak gentar, sehebat apakah dirinya?
Saat ini aku menjadi ksatria perang penuh amarah
Tangan tergenggam menghiasi langkahku
Tak peduli betapa sakit rasa itu
Tak peduli harus mengorbankan jiwaku
Karena yang aku mau senyuman itu terpampang kembali di wajahmu.
Akhir Senyum Cinta dan Perang
Selepas perang terjadi
Indah senja pun mulai pergi
Keringat deras mengalir
Dari dahi ke ulu hati
Terdiam sejenak di sini
Tangis haru tak terbendung lagi
Pangeran kini telah mati
Senyum indahmu telahi kembali.
Beryl Krisna, Pemuda Sukoharjo, drummer band hardcore punk, penulis puisi. Saat ini sedang menempuh pendidikan D3 - Komunikasi Terapan. Bisa tegur sapa lebih lanjut lewat instagram.
3 komentar untuk "Ritus Pembuka Kriterdaka: Kumpulan Puisi Beryl Krisna"
Posting Komentar