Alam Budaya Spiritualitas

Logo Rawat Hayat


Kebudayaan, Spiritualitas, Lingkungan & Tanggung Jawab Manusia
Tindakan abai lingkungan, serta mementingan materi saja, bisa menimbulkan egoisme yang selanjutnya membawa pada kondisi ketidaktenangan, craving pada keriuhan, emosi yang meledak-ledak, kemalasan, ingin dilayani saja, tidak peduli, ingin dihormati belaka, tak menghiraukan kewajiban, ketidaksadaran, korupsi, suap-menyuap, penyelewengan, fanatisme, hingga pemaksaan kehendak yang berujung nyinyir, antagonisme, ujaran kebencian, kegelisahan, penyakit, “ketidaksejahteraan holistik” adalah sedikit daftar dari kondisi konsekuensi diri dari pementingan diri sendiri. Kita hanya menuruti insting hewani hasil panjang proses evolusi (Anand Krishna, 2005 hal. 19) yang mementingkan diri saja, tanpa hirau dampaknya, sehingga kita tidak jernih melihat persoalan dan maunya dituruti saja, sehingga konflik dari emosi tinggi ini gampang tersulut dan mengejar kesenangan materi saja dianggap mengobati. Kebudayaan kita menjunjung tinggi ketenangan yang berasal dari dalam diri sendiri, sebagai bentuk pendalaman manusia terhadap being nya, yang merupakan jawaban dari keresahan. Inilah awal mula, perjalanan ke dalam diri (Anand Krishna, 2005 hal. 17).

Meditasi adalah Sains Holistik yang ilmu medis pun mengonfirmasi bahwa ia memengaruhi kesehatan otak. Otak bukan saja tergantung pada asupannya saja, menurut penemuan para Rishi, sebagai Saintis Kuno; melainkan pada mind yang mengatasinya, seperti dikutip dalam Bruce Lipton: The Biology of Belief. Mind adalah yang mengendalikan otak, dan meditasi menjaga mind kita tetap sehat.

Mind yang sehat adalah mind yang tegas, berani dan tanpa rasa takut. Apa yang melemahkan mind adalah pengondisian yang diterima saat kita berusia 12 tahun, bagaimana ia diasuh dsb. Meditasi mendekondisi pengondisian ini dengan segala pembatasannya. Meditasi membawa pada proses pembersihan melalui latihan Pranayama, pengendalian daya hidup lewat napas. Ketika Mind sudah bersih, ia bisa menentukan untuk membangun dirinya dan hasilnya adalah Bodhichitta (the awakened, and conscious mind) (Krishna, 2010 hal. 135-6).

Penyeragaman mind pembodohan massal yang menghilangkan cara berpikir kritis untuk tidak memilah lagi baik-buruk bagi diri sendiri, mengonsumsi apa saja yang tersaji di platform media publik manapun adalah cara mereduksi manusia hanya sebagai konsumen yang diperbanyak demi keuntungan kapitalis tanpa moral (Krishna, 2010 hal. 151). Meditasi membebaskan kita dari manipulasi seperti itu. Para Rishi zaman kuno dari peradaban kita telah menemukan sebuah alat, tool yakni mantra (manas-yantra), sebagai pra dan pasca meditasi. Karena langkah pertama meditasi adalah penyelidikan diri (self-inquiry), dan kita menemukan beragam negativitas, maka sebagai pra meditasi, mantra yang digunakan dengan penghayatan, secara efektif dan efisien justru membantu menenangkan pikiran, bukan pengulangan mekanis.

Sedangkan setelahnya, ia membantu manusia untuk menguasai pikiran (mastermind), bukan diperbudak olehnya (Krishna, 2010 hal. 142,150) Dengan cara itu, mind tidak tumpul, lebih tajam dan kritis, sehingga tidak mudah dimanipulasi.

Interaksi Individu dengan Lingkungan
Individu tidak bisa hidup menyendiri, ia selalu tergantung dengan lingkungan. Tanpa lingkungn yang mendukung manusia, hidup manusia tidak bisa ditunjang dengan baik, maka Para Bijak masa lalu mengenalkan Utang-utang Manusia (5 utang manusia/Rna). Utang pada alam (Bhuta Rina) karena kehidupan ditunjang olehnya: air, tanah, udara dsb. Utang pada Kemuliaan & kebijaksanaan (Divya & Rishi Rina), karena hidup tidak bisa berjalan tanpa pelayanan dari sifat mulia manusia dan alam (Krishna, 2007:113-114). Untuk itulah kita perlu melakukan tindakan bersama yang menunjang balik dukungan yang telah kita terima.

Potensi yang kita miliki sebagai bangsa yang tua dengan peradaban dan kisah yang sama tuanya, kita hidup selaras alam, bukan karena aturan melainkan karena Realisasi Diri yang merasa tak terpisah dengan alam dan melampauinya, mencapai kesadaran kosmis dan menemukan kesatuan keilahian di manapun, inilah spiritualitas bangsa ini (Frawley, 1992 hal. 29-30).

Mengembalikan Irama Hidup dan Selaras Alam
Pengejaran materi, alih-alih mencari kebahagiaan di dalam diri adalah satu-satunya pokok di dalam zaman serba materi ini. Disrupsi dan kehampaan eksistensial alam benda dirasa masalah uang saja. Pada pengejarannya, malahan sudah menimbulkan penderitaan baru dengan sikap saling sikut, flexing, merendahkan mereka yang dirasa tidak setara, mengakumulasi lebih pada diri sendiri dan perpanjangannya, termasuk keluarga, identitas sosial dsb. Tak heran berujung pada sikap preman.

Ditambah para kapitalis yang tidak selaras dengan alam (Asura), melakukan eksploitasi alam yang sejatinya merupakan hak semua warga planet bumi. Watak Asura erat kaitannya dan berdampak negatif pada lingkungan dan generasi depan, ia berhutang pendidikan baik bagi generasi depan. Dampak negatif ini berpengaruh terhadap sistem syaraf otak, menciptakan sinyal rasa sakit yang dikirim dari otak ke seluruh tubuh, melepaskan hormon stres, sehingga mengakibatkan stres, denyut jantung tak teratur dan napas terengah, pada gilirannya menciptakan kegelisahan (Anand Krishna, 2005 hal. 17) dan ketidakdamaian. Apa yang merupakan kesadaran luaran adalah warisan luaran evolusi panjang hewani sebelum menjadi insani. Adalah arti peradaban, bahwa manusia benar-benar berwatak insani bukan saja memikirkan makan, minum, dan berketurunan, juga tidak hanya memikirkan diri yang di era materialisme ini dipuja-puji (Khan, 1990 hal. 54). Yang membedakan manusia insani dari manusia watak hewani adalah keadabannya, jeda dan pertimbangannya, responsif serta mengerti diri dengan sekitarnya, bahwa ia tidak hanya eksis sendiri tetapi bagian dari lingkungan yang lebih besar (Khan, 1990 hal. 54).Untuk itu manusia perlu harmonis dengan perbedaan yang ada, mengerti bahwa setiap makhluk mengambil bagian dari simfoni hidup yang terdiri dari not yang berlainan (Khan, 1990 hal. 55).

Semangat ini adalah semangat kebudayaan dari Sunda-Sindhu Saraswati, Peradaban Besar Nusantara.
Resi, Rishi, Sang Pelihat menyadari ini dan beroleh penyingkapan dari alam sebagai keilahian yang mewujud dan merupakan bagian Keilahian yang melampaui pula segala wujud, (Frawley, 1992 hal. 28-29). Mind adalah bagian terhalus alam materi, dan memerlukan penghalusan agar menjadi beradab, melalui tranformasinya menjadi Budhi yang memiliki kemuliaan atas pilihan intuisi insani. Spiritualitas memberikan pandangan jernih, bahwasanya masyarakat yang berakar spiritual adalah masyarakat yang selaras dengan alam beserta hukum abadinya (Sanatana Dharma), dan memastikan ketentraman, kebahagiaan dan kesejahteraannya.

Dari rahim alam yang Ilahi lahirlah peran dan sifa-sifat yang diperlukan dalam membina terselenggaranya kehidupan sosial berdasarkan kesadarannya. (Krishna, 2010 hal. 10).

Teks: Rawat Hayat

Daftar Pustaka
MedEri Medis Meditasi: Persepsi Baru Bagi Manusia Baru [Book] / auth. Anand Krishna
Dr.Bambang Setiawan, dr.Djoko Pramono, dr.Stephanus Hardyanto, & dr.Oka Dharmawan. – Jakarta : One Earth Media, 2005.
Sufi Mysticism [Book] / auth. Khan Hazrat Inayat. – New Delhi : Motilal Banarsidas, 1990. – Vol. X.
The Wisdom of Bali [Book] / auth. Krishna Anand. – Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Wisdom of the Ancient Seers: Mantras of the Rigveda [Book] / auth. Frawley David. – Utah : Passage Press, 1992.
Life Workbook[book]/auth.Krishna Anand.-Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2007

Posting Komentar untuk "Alam Budaya Spiritualitas"