Jalan Solo-Jogja: Kumpulan Puisi Munanda Okki Saputro
Photo: Bernardinus Evan |
63KM
±
Sepanjang jalan diantara Solo-Jogja
Melambat menyusuri Klaten malam hari, mengeja kembali apa-apa saja yang pernah terjadi
Di rentang 63 KM jalanan yang nyaris tidak mungkin pernah berjumpa sepi
Diantara laju truk-truk pasir merapi
Menyusur seberang doa-doa Al Aqsha, sebelum dan sesudah keramaian alun-alun Klaten
Mencari kepulangan yang lama tak kujumpai
Terbata kepedihan yang kian memberi cambukan bagai laju pedati tanpa kusir, tanpa kuda tanpa penumpang tanpa daya tanpa upaya tanpa tanda jasa tanpa tanda jeda dan tanpa aba-aba
HANYA PEDATI….
Peringatan !!!!
Di kursi besi indomaret yang dingin menjadi saksi
Adakah yang lebih dapat diterima akal, kecuali sebatang rokok dan segelas kopi?
Seorang anak menangis memohon KinderJoy pada mamanya
Sang mama berkata "Itu ndak dijual le, ayo mantuk"
Meski dengan tangisan yang kian menjadi perlahan si anak memudarkan kerutan di wajahnya
Disertai sesenggukan dan langkah pasti seorang ibu menuju pergi
Telah kusaksikan tipuan kecil meredakan nyeri
Tetapi sayang, kenyataan tak pernah berbohong
Ia selalu jujur dan apa adanya
Karena itulah tangisku tak pernah benar-benar reda
Dan menjelma kambuhan disaat-saat sedikit saja tersentil kenyataan
Sesajennya hanya rokok dan kopi, dengan sedikit usaha untuk menipu diri sembari mempertaruhkan harapan pada laju waktu
Rumput-rumput liar yang kecil, menerobos paving parkiran Indomaret
mereka tak sedikitpun menjawab saat kutanya
Harus kemana kepulanganku, atau bagaimana bisa kudapatkan pulang?
Mungkin karena mereka tidak bergoyang
tak banyak yang tau pasti kapan rumput benar-benar bergoyang selain diantara laju kereta api
dan diantara alunan merdu suara Ebiet G.Ade
Sayang suaraku terlalu sumbang untuk melantunkan tembang kenangan
Surakarta, 2024.
Klaten
Kita begitu sering melempar pandangan ke kota Jogja
Lemparan yang cukup jauh untuk dilakukan, dari Kartasura
Kau pikir Jogja adalah istimewa karena ia romantis
Bagiku biasa saja,
Mungkin tanpa Jokpin jogja tak jadi istimewa, sebab ia akan gagal romantis
Sejak bait pertama
Mungkin juga tidak begitu terkenang
Tanpa lagu “Sesuatu Di Jogja”
Entahlah, Adhitia Sofyan tak berterus terang apa yang ia maksud “Sesuatu”
Hey cantik
Bawa aku jalan akan kuceritakan tak ada bedanya Jogja dengan Jakarta
Kecuali UMR nya
Akan kuceritakan tak ada bedanya Jogja dengan Kartasura
Setiap gang disela-sela keramaian atau sepanjang trotoar jalan raya Pabelan kita akan sangat mudah
Berjumpa angkringan
Bahkan lebih muda daripada di Jogja yang katanya “terbuat dari rindu, pulang dan angkringan”
Sekali lagi, tak ada bedanya jogja dengan Kartasura
Kecuali Teh Kampul, jelas itu hanya milik kita
Hey Cantik
Tak ada bedanya Solo dengan Jogja
Sebab diantara liirk minor dan gayengnya ketipung
Mereka berdua hanya “Jogja Solo…slolololololo” dihadapan lagu koplo
Dan kita hanyalah bagian kecil yang meromantisasi Jogja, Solo, Kartasura, juga Pabelan
Dan Klaten adalah kita, berlalu begitu saja
Karanganyar, 2024.
Di Sayidan
Aku tak akan melanjutkanya dengan
Di jalanan tuangkan sekali lagi gelasmu kawan
Sebab tak kutemui lagi kedamaian kala itu, dimanapun
ia minggat
Begitu juga dengan di Sayidan
Memang tidak ada, atau karena tak dapat kujumpai Shaggydog disana
Kupanjat lagi ingatan demi ingatan diantara jembatan Sayidan yang seringkali
Kita lewatkan dari perbincangan saat melaluinya
Lalu lalang kendaraan sepertinya juga tak begitu menyorotnya
Kilauan titik 0 mengaburkan, terlalu silau untuk menempatkan kepedihan
Air mata rasanya tidak cocok dengan riuhnya Malioboro, megahnya Benteng Vredeburg, Kantor Bank BNI ataupun tugu Jogja
Di pertengahan jembatan Sayidan kulemparkan pandangan pada pemukiman yang terkesan remang
Lalu lalang kendaraan ataupun langit malam secara bergantian
Juga beberapa kali lipatan kulempar pandangan pada senyummu yang lebih romantis dari sejuta puisi yang mampu ditulis penyair manapun di dunia ini
Ku pastikan itu benar,
Kecuali ada penyair Alien, itu saja masih dapat diragukan sebab kata jason ranti diatas langit masih ada Saut Situmorang
Yang jelas, diatas Jogja yang istimewa dan romantis, diatas angkirngan, diatas kerinduan, diatas bait puisi Jokpin dan diatas lagu Sesuatu di Jogja
Ada kita yang telah berlalu
Kita adalah teh kampul yang tak ada di Jogja
Kita adalah Klaten dan jembatan Sayidan yang hanya dilalui cerita, kenangan yang lebih pedih ketimbang lusinan album tembang kenangan
Antara Solo dan Jogja
Aku bersaksi Jogja terasa biasa saja
Sebelum kita saling bersimpangan
Dan waktu, lamat-lamat menggodok yang lalu menjadi kian berarti
Kerinduan memanas dan meluap menjadi bait-bait puisi ini
Tawangmangu, 2024.
1 komentar untuk "Jalan Solo-Jogja: Kumpulan Puisi Munanda Okki Saputro"
Posting Komentar