Leluasa Zine #7
Gambar: M. Rino |
Teks merawat kisah lebih baik dibanding cakupan ingatan manusia. Pernyataan itu benar-benar mengikat. Sekalipun teks itu terpotong-potong, atau sebagian teks hilang, ia akan dicari agar tetap utuh. Bahkan, dalam pengantar buku Arok Dedes (2009) karya Pramoedya Ananta Toer, tim keredaksian Lentera Dipantara menyatakan bahwa sebagian teks naskah Mata Pusaran sebagian hilang. Maka, tetralogi Buru selain Bumi Manusia, yakni tetralogi Arok Dedes tidaklah lengkap. Sebab, di peredaran hanya Arok Dedes, Arus Balik, dan Mangir. Hingga hari ini, sebagian naskah Mata Pusaran yang hilang itu konon masih dalam pencarian.
Meski jelas tidak sebanding dengan apa yang dilakukan Pram atau tim keredaksian Lentera Dipantara, Leluasa berupaya mengabadikan apa yang ada di sekitarnya menjadi sebuah teks. Melalui blog dan zine, media yang mengklaim diri sebagai alternatif ini melakukan kerja pengarsipan. Teks mengambil peran pemantik kewacanaan atau merekam cerita yang—barangkali—tergilas narasi lebih besar.
Pada zine ketujuh ini, Leluasa mengambil konsep wawancara. Leluasa mencoba mendedah sesuatu yang jarang terungkap ke publik terkait latar belakang produksi kekaryaan. Meski secara spesifik pelaku musik, setiap wawancara sebenarnya dapat ditarik ke ruang yang jauh lebih luas. Merekam proses-proses yang ada di sekitar kita. Jika di suatu hari nanti proses itu berhenti, setidaknya sudah tercatat. Atau, jika berlanjut dan menjadi sesuatu yang berdampak, prosesnya otentik sebagai sebuah kisah.
Wawancara dilakukan dengan beberapa band yang baru saja merilis karya. Mulai dari Barmy Blokes, Doze Club, Car Crash Coma, The Rubanah, Breez, Dirty Money Syndicate, hingga label Narimo Records. Mungkin ketika teman-teman membacanya terkesan kaku. Maklum, pewawancara adalah partikelir. Namun, andaikata Leluasa mendapat serangan ofensif dan memerlukan pembelaan, barangkali pertanyaan berikut cukup untuk dilontarkan: siapa yang berkenan melakukan hal seperti ini?
Tentu pertanyaan itu tidak ditujukan sebagai bentuk arogansi. Tidak. Namun, terkadang di tengah berlangsungnya suatu arus, seseorang atau kelompok cenderung hanya membicarakannya. Teks terkadang dilupakan. Sementara, di waktu yang berbeda, teks kemungkinan besar akan dicari. Karena semua orang tahu, usia teks jauh lebih panjang dibanding usia manusia.
Terlepas dari itu, semoga zine ini dapat memantik kemunculan teks-teks yang mencatat hal-hal yang berlangsung di sekitarnya. Begitu pula dapat menjadi medium perkenalan antarkawan. Sebagai penutup, kutipan dari kotak buah tangan kondangan yang sering dibuang adalah yang paling tepat: Selamat Menikmati!
Leluasa, 2024.
Posting Komentar untuk "Leluasa Zine #7"
Posting Komentar